Postingan

Menampilkan postingan dari Maret 11, 2025

Ketika Tajwīd Jadi Tafsīr : Kaitan Pelantunan dan Makna dalam al-Qurʾān

Gambar
Kita sering mendengarkan nasehat bahwa membaca al-Qurʾān itu perlu hati-hati, sebab beda panjang pendek saja bisa mengubah makna. Mungkin yang menyampaikan pesan seperti itu sedang merujuk ke kejadian dimana perbedaan pelantunan bisa menimbulkan makna berbeda karena memang kata yang diucapkan menjadi beda. Contohnya maliki yawmiddīn vs māliki yawmiddīn yang sama-sama bisa diterima, atau kejadian kacau bila ada yang membaca la pendek pada ayat lā  ʾaʿbudu mā taʿbudūn.  Namun ternyata, kaitan antara oralitas dan makna dalam al-Qurʾān bisa lebih subtil dari kedua contoh tadi. Setidaknya begitulah argumen yang dibangun oleh Tareq Moqbel dalam artikelnya Aural Aesthetics: The Poetics of Sound and Meaning in the Qurʾān . Menurut akademisi sekaligus ustadz dari Cambridge ini, penelusuran terhadap makna al-Qurʾān harus memperhatikan sifatnya yang paling fundamental; bahwa al-Qurʾān pada dasarnya adalah sebuah ‘proklamasi oral’. Dari awal ia disampaikan hingga kini, pesan-pesan al-Qur...