Menguji Autentisitas Riwayat Tafsir dan Qirāʾāt Periode Awal : Kasus Abū Mijlaz

1. Mukadimah Apakah riwayat tafsir dan qiraat yang sampai kepada kita dari generasi mufasir awal – yakni masa Ibnu Abbas dan murid-muridnya – memiliki nilai historis atau sekedar bernilai sastrawi? Jika nilanya hanya sastrawi (literary) berarti data-data tersebut hanya memberitahukan kepada kita bagaimana para mufasir itu dikonstruk dalam memori para sarjana Muslim pada generasi setelahnya. Data-data sastrawi itu tidak memiliki daya untuk memberikan kita gambaran tentang apa yang sebenarnya terjadi pada masa itu. Namun jika riwayat-riwayat itu memang memiliki nilai historis, yakni benar-benar bisa dibuktikan bahwa ia berasal dari otoritas yang diklaim mengucapkannya, makai ia bisa menjadi basis bagi rekonstruksi historis. Data-data itu benar-benar bisa membantu kita memahami lebih baik kondisi tafsir pada masa formatifnya. Atau setidaknya pada masa hidup tokoh yang diklaim mengucapkan atau meriwayatkannya. Tidak mengherankan jika salah satu poin pe...